Sunday 6 August 2017

Death Exist Not at the River of Oblivion - Chapter 3

Chapter 3 : Sansheng satu-satunya bagiku

Aku tidak asing dengan ibukota.


Selama tiga bulan dikejar-kejar oleh biksu didalam kota, aku sudah mendatang semua tempat diseluruh penjuru kota; tidak ada hal lain lagi yang membuatku penasaran.

Aku sangat ingin mencari Moxi, namun aku tidak ingin dia mengetahui kalau aku begitu terikat dengannya, aku tak berani melihatnya secara terbuka. Belum lama sejak dia diajukan untuk menjadi pejabat. Karena masih baru, dia pasti mengalami masa-masa sulit. Aku berkeliling untuk mencari tau, namun tidak ada seorang pun yang bisa memberikanku informasi. Ada kalanya aku berpikir untuk masuk ke istana untuk mencarinya, namun istana kerajaan diselimuti oleh suasana agung yang memberikan perasaan tidak nyaman, jadi aku mengurungkan niatku.

Setelah berperang batin, aku memutuskan untuk menunggu dewi keberuntungan berpihak kepadaku, dan pada malam hari, pergi ke kediaman pejabat berpangkat tinggi untuk mencari tahu keberadaan Moxi.

Awalnya aku berpikir bahwa mencari Moxi lebih menjanjikan ketimbang menunggu keberuntungan datang, namun keberuntungan justru datang mengejutkanku.

Hari itu, matahari menyinari ibukota. Aku sedang berjalan-jalan menyusuri jalanan sambil membaca novel romantis. Tiba-tiba, aku mendengar suara kerumunan dari arah depan dimana beberapa orang mulai bergerombol. Dalam rasa ingin tahu yang tiba-tiba muncul, aku menyisihkan bukuku, dan mendekati kerumunan untuk melihat pertunjukan.

Pertunjukan yang ditampilkan ternyata cukup menarik. Sangat dramatis “Air mengalir tanpa mengindahkan perasaan bunga” cerita yang tidak bisa diselesaikan.

‘Air yang mengalir’ adalah suamiku Moxi, dan ‘bunga yang jatuh’ adalah putri kesayangan gubernur, Shi Qianqian.

Bagaimana aku bisa tau? Baiklah, yang paling nyata adalah perhiasan yang dia pakai tidak jelek. Aku telah menjual banyak perhiasan belakangan ini, dan perhiasan yang dia pakai harganya paling mahal.
Shi Qianqian terduduk diatas tanah. Pergelangan kakinya mungkin terkilir. Dia sedang memandang Moxi dengan air mata dipelupuk matanya, namun pandangan Moxi hanya bertahan dalam sekejap melihatnya dan ia segera mengalihkan pandangannya. Kemudian, Shi Qianqian berlari mengejar Moxi dan menangkap ujung  jubahnya. Sayang sekali, Moxi menghindar dengan cepat, membuat Shi Qianqian terjerembab kembali ke tanah dan wajahnya dipenuhi lumpur.

Khalayak yang melihat kejadian itu menghela nafas prihatin melihat Shi Qianqian yang tergeletak diatas tanah dengan perasaan malu, dengan keras kepala menggigit ujung bibirnya dengan mata yang merah. Dia kelihatan begitu lemah hingga membuatku merasa kasihan.

Namun Moxi kelihatan sama sekali tidak tergerak. Tanpa menoleh sedikit pun dia segera berlalu pergi.

Hmm, aku mengelus daguku sambil berpikir. Moxi tidak pernah melihatku dengan cara demikian sejak aku mendatanginya sembilan tahun yang lalu. Aku tidak pernah tau kalau Moxi bisa menjadi pria yang berhati-dingin bila diluar rumah.

Wanita muda itu sungguh keras kepala. Setelah Moxi pergi, orang lain mencoba untuk membantunya namun dia menolak bantuan mereka semua, malah dia memilih untuk bangkit dengan sendirinya. Berpikiran bahwa gadis yang menyukai Moxi adalah gadis baik-baik yang bisa membedakan antara yang bagus dan tidak, aku merapalkan mantra dan menyembuhkan kakinya. Dia terlihat terkejut namun aku melewatkannya karena aku sibuk mengejar Moxi.

Moxi memasuki sebuah bangunan. Aku berhenti dibawah sebuah pohon willow disebelah bangunan itu, tidak mampu melangkah lebih dekat. Bangunan ini memancarkan aura yang sama seperti istana kerajaan. Aku menatap kelantai dua bangunan dan melihat seorang pria berjubah biru sedang bersandar dijendela sambil minum.

Sang kaisar.

Kaisar yang berkuasa saat ini adalah kaisar yang cukup bijaksana. Perdamaian dan ksejahteraan mencakup seluruh negeri. Namun sayang sekali, jenderal besar memiliki kekuasaan melebihi kekuasaan kaisar muda sehingga kaisar susah tidur pada malam hari, dan sekarang berpikir bagaimana caranya untuk menyingkirkan jenderal dari kekuasaan militernya.

Belum lama sejak Moxi pergi ke Ibukota namun dia sudah bisa bertemu pribadi dengan kaisar. Kelihatannya Moxi sudah punya cara bagaimana supaya kaisar bisa menyelesaikan masalah ini.
Sementara aku sibuk mengagumi baaimana pintarnya Moxi, seorang pria dengan pakaian pendeta muncul dari sebuah lorong disebelah kedai teh.

Pendeta kerajaan. Pria ini adalah pendeta paling berkuasa diseluruh dunia, dengan serta merta aku langsung mengenalinya. Di masa lalu, biksu tua yang dulu mengejarku pernah meminta bantuan pria ini untuk menangkapku.

Aku sudah bisa meramalkan pertempuran yang akan datang dengan melihat keadaan ini. Selagi aku meratapi tentang buruknya hidup, tak terduga pria itu menatapku tajam, kemudian dia berbalik arah dan pergi. Sedang aku dalam keheranan, aku tiba-tiba mendengar seseorang memanggil namaku dari lantai dua kedai: “Sansheng!”

Itu suara Moxi yang melihatku dari atas gedung.  

Sudah tak bisa sembunyi lagi, aku tersenyum kepadanya dan menjawab: “Aku datang karena aku merindukanmu setiap saat, siang dan malam sangat panjang tanpa dirimu. Mari kita percepat pernikahan kita, Moxi.”

Lama setelah aku selesai bicara, jalanan menjadi lengang. Wajah Moxi bersemua merah dalam waktu yang cukup lama.

“Hahaha.” Terdengar suara tertawa lepas dari belakang Moxi. “Si cantik yang sangat berani. Moxi, kau pria yang beruntung!”

Moxi membungkuk hormat kepada kaisar dan bergegas turun. Aku tersenyum padanya. Moxi berjalan mendekat, berusaha sebisa mungkin menahan kebahagiaannya. Dia mengerutkan alisnya dan bertanya, “Mengapa kau datang mencariku secepat ini? Aku berpikir aku harus menunggu enam bulan lagi. Karena kau sudah datang, apakah kau mengalami perjalanan yang berat? Apakah kau menemukan rintangan di jalan? Kau lapar? Mau istirahat?”

Aku hanya memandangnya sambil tersenyum.

Moxi menatapku lekat-lekat dan berkata, “Pasti aku terlalu banyak berpikir. Sansheng tidak adakan membiarkan dirinya menderita. Bagaimana kau menemukanku?”

“Aku melihatmu tadi dijalan.”

Senyum Moxi lenyap. Dengan tergesa dia menjelaskan: “Sansheng, itu...”

“Aku tau, gadis itu yang menyukaimu.”

Dia memerhatikan wajahku. “Wajahnya tidak buruk,” Aku menambahkan “Tapi dia agak pendek, jadi dia tidak cocok untukmu.”

“Tentu saja,” Moxi menertwakanku kata-kataku. “Sansheng satu-satunya untukku.”

Aku menepuk bahunya dengan perasaan senang. “Aku senang kau tau itu.”

“Aku akan berpamitan kepada kaisar, kemudian kita pulang agar kau bisa beristirahat.”

“baiklah.”

Ternyata Moxi tidak tinggal diistana, ataupun tinggal dirumah salah satu pejabat. Malahan, dia membeli sebuah kabin yang tenang, suasananya mirip sekali dengan rumah lama yang kami tinggali.
Setelah makan malam, aku mengajak Moxi berjalan-jalan ditaman.

“Ibukota berbeda sekali dengan kota kecil tempat kita dulu tinggal. Kau pasti belum terbiasa tinggal disini sendiri kan?”

“Tidak banyak hal yang aku harus adaptasi disini. Hanya saja kadang-kadang saat aku bangun pagi aku tidak bisa menemukan sarapan yang biasa kau persiapkan untukku, atau ketika malam hari aku pulang tidak ada yang menyalakan lilin untukku. Ketika aku memikirkanmu sendirian dirumah, aku tidak yakin bagaimana kau bisa mengurus dirimu sendiri, dan itu membuatku resah.”

Aku terkikik karena perasaan yang senang. Aku menggenggam tanganya selagi memandang bintang diatas kepala kami, mengayunkan tangan dengan santai sambil berjalan. “Moxi.”

“Ya.”

“Moxi.”

“Ya.”

“Moxi.”

“Ada apa?”

“Aku Cuma ingin memanggil namamu,” aku berkata. “Setiap saat aku memanggil namamu, aku harus mendengar jawabanmu. Aku tiba-tiba merasa kebahagiaan sesederhana ini tidaklah mudah untuk dimiliki.”

Moxi tersenyum. Aku menambahkan: “Pasti tidak mudah datang ke ibukota dan menjadi pejabat?”
Moxi diam untuk beberapa saat sebelum berkata: “Menggunakan kemammpuanku untuk menolong orang yang membutuhkan, dengan menggunakan kedua tanganku untuk bisa menggapai cita-citaku agar orang lain bahagia. Meskipun intrik dalam kerajaan sedikit merepotkan, bila kekuasaan yang kau miliki bisa dipakai untuk menolong orang banyak ... Sansheng, apakah kau memahami perasaan ini?”
Aku sedikit bergidik saat aku menatapnya. Dimatanya aku melihat kilatan cahaya yang aku belum pernah lihat sebelumnya.

Di saat itu, sekali lagi aku menyaksikan seorang dewa perang yang turun ke bumi bersinarkan cahaya terang.

Inilah Moxi yang sebenarnya. Tiba-tiba aku teringat perkataan Jia jauh beberapa bulan yang lalu: “Tuan Moxi adalah Dewa perang surga. Meskipun tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, dia hanya mengutamakan kepentingan orang banyak, apakah ada waktu untuk cinta?”

Aku tidak terlalu memikirkan perkataan Jia pada awalnya, tapi saat aku melihat ekspresi Moxi hari ini, aku menyadari perkataan Jia cukup masuk akal.

Moxi jelas memiliki hati yang dia peruntukkan untuk orang banyak, tak perduli dia dalam bentuk apapun ...

Hari berikutnya, Moxi pergi ke istana; dan seperti biasanya, aku tinggal dirumah membaca buku.
Belum lagi aku sampai kehalaman kedua ketika aku mendengar langkah ringan dan teratur dari luar rumah. Prajurit? Sejak aku memiliki kekuatan spiritual, aku berkelakuan cukup baik. Baiklah, aku sudah pernah ditangkap oleh setan, dimarahi oleh Yanwang, diburu oleh biksu, dan diserang seorang pendeta, tapi aku belum pernah berhadapan dengan kekuasaan pihak berwajib.

Karena ini pengalaman pertamaku, aku dipenuhi rasa tertarik.

Aku menantikan sergapan mereka, jelas ingin sekali mengetahui bagaimana rencana mereka untuk menangkapku. Namun setelah lama aku menunggu, hanya terdengar ketukan pintu yang terus-menerus dari luar rumah. Aku cukup kecewa. Tidak punya pilihan lain maka aku harus menjawab ketukan sesuai etika yang berlaku.

Para prajurit pasti bersembunyi ditempat lain, karena aku hanya menemukan seorang gadis cantik berdiri dibalik pintu. Aku memandangnya cukup lama sampai pada akhirnya aku mengenalinya. Mengapa, gadis ini kan yang kemarin diacuhkan oleh Moxi dijalan kemarin – Shi Qianqian?!
Ketika dia melihat aku membuka pintu, dia kelihatan seperti baru saja disambar petir. “Benar-benar ada seorang perempuan.”  Dia menggumam pada diri sendiri. “Dia benar-benar membawa pulang seorang perempuan.”

Menyukai seorang pria adalah satu hal, namun membuat keributan dirumah orang lain adalah lain hal. Berpikir dalam hati, aku tidak bisa membiarkan wanita ini punya pikiran lain, aku menyilangkan lengan di depan dadaku, bersender dipintu dan berkata, “Benar, aku wanitanya. Aku tidur dengannya sejak ia masih kecil. Ada yang ingin kau katakan?”

Gadis muda sembrono itu terkejut mendengar perkataanku. Dia terlonjak mundur dua langkah dan hampir terjatuh. Aku menaikkan sebelas alisku, merasa sedikit kasar namun pada saat yang bersamaan merasa sikapku benar.”

Pada saat bersamaan, seorang wanita paruh baya tiba-tiba muncul dari arah samping, sambil menudingku, dia menyumpahiku: “Jangan berani-berani melecehkan nona muda kami! Jangan biarkan kelancanganmu mengotori pendengarannya!”

Aku merasa tidak bersalah. “Aku menjawab karena dia bertanya. Setiap kata yang aku ucapkan adalah yang sebenarnya. Mengapa kau menyebutnya lancang?”

Wajah Shi Qianqian semakin memucat. Wanita paruh baya itu semakin murka: “ Pelacur! Beraninya kau bersikap kurang ajar didepan nona muda kami! Penjaga, tangkap dia!”

Aku meraba keningku dengan perasaan frustasi. Jelas-jelas dia yang menuduh. Selagi aku masih mau bertukar kalimat dengannya, sekelompok prajurit berseragam biru tiba-tiba menyerbu.

“Oh!” Mataku terbeliak sembari terkesiap penuh harap. Wanita paruh baya itu berteriak, “Dia akan mengeluarkan senjata tersembunyinya! Lindungi nona muda!”

Suara pedang yang dilepaskan dari sarungnya membuat bulu dilenganku berdiri.

Aku membuka mulutku, namun kata-kata “mari selesaikan dengan damai” dari mulutku belum lagi aku ucapkan ketika suara desingan pedang panjang mengarah ke kepalaku. Sejak aku berada didunia manusia, aku sudah mampu menahan diriku dengan sedikit lebih baik. Namun demikian, aku tidak mau diperlakukan seperti ini. Ekspresiku berubah membeku memandang kepada prajurit pertama yang menyerangku.

Mahkluk hidup lain yang belum pernah menggunakan kekuatan gaib pasti akan ketakutan bila melihatku menatap mereka dengan pandangan yang sama. Mereka akan dengan segera berlutut dan melakukan kowtow.

Namun prajurit yang ada dibelakang sama sekali tidak belajar, malah menerjang dengan berani seperti gerombolan lebah.

Aku merapalkan mantra, dengan lembut mengayunkan tanganku, dan prajurit yang datang hendak menangkapku semuanya terpental. Aku mendesah :”Bila kita ingin hidup sebagai manusia, mari kita bicaarakan baik-baik dan menilai situasi dengan kepala dingin, bisa?”

Shi Qianqian dan perempuan lainnya dengan kekuatan gelap terjatuh dan berlutut dilantai. Mereka melihatku dengan tampang terpana. Aku maju mendekat dan menawarkan tanganku untuk membantu seorang perempuan bangkit, namun dia malah berteriak “monster” dan merangkak menjauh. Aku tidak punya pilihan dan beralih ke Shi Qianqian.

Sangat berbeda, dia dengan patuh membiarkanku membantunya bangkit. Aku membersihkan debu yang melekat diwajahnya dan berkata, “Tak peduli sesuka apapun kau kepada seseorang, kau harus tetap memiliki harga diri. Jangan datang ke rumah orang lain dan memancing keributan. Tidak hanya akan membuat statusmu terhina, juga tidak ada gunanya. Oh, tiga kehidupan Moxi sudah ditakdirkan untukku. Jika kau ingin merayu Moxi, maka kembalilah setelah tiga kehidupan.”

Setiap perkataan yang aku ucapakan adalah benar; aku tidak berpikir bahwa apa yang aku ucapkan kepadanya bermakna lain ditelinganya. Matanya memerah selagi dia berbalik dan berlari pergi sambil menangis.”

Aku membersihkan rumah, dan kembali membaca buku lagi. Aku ingat aku telah sampai pada bagian ketika pasanagn ekkasih itu bertemu untuk pertama kalinya dan si gadis memberikan ciuman kepada pahlawannya. Dalam benakku, bagian ini masih bisa dibuat lebih menarik lagi.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Weekend saatnya laptop ‘dikuasai’ pasukan krucil, jadi kegiatan nerjemahin sedikit tertunda. Kadang aku berpikir, kalau saja kegiatan ini aku mulai bertahun-tahun lalu, mungkin .... it’s all the past, just forget it and move on ......

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

No comments:

Post a Comment

Death Exist Not at the River of Oblivion - Chapter 10

Chapter 10: Sulit sekali mencintaimu di kehidupan kali ini Aku tak melihat sosok Zhonghua lagi sejak hari itu. Kelihatannya dia benar-be...