Sunday 30 July 2017

Lost You Forever - Chapter 1 - Tong hua (Indonesian bahasa)

Chapter 1
Hidup itu singkat hanya sementara
Hari itu, sama dengan hari hari sebelumnya selama ribuan tahun.
Ayam jantan berkokok dan suara suara kehidupan di kota Qing Shui akhirnya terdengar. Lao Mu (Mu tua) dari klinik Chun bergegas mengambil daging domba segar dari tukang daging Gao. Dua asistennya (asisten Gao) sedang sibuk sibuknya mempersiapkan bisnis hari itu.

Dokter kota setempat Wen Xiao Liu (Xiao Liu artinya  Si kecil
nomor enam) memegang semangkuk sup domba disalah satu tangannya sedangkan ditangan lainnya menggenggam biskuit, berjongkok dibelakang rumah sambil makan dengan berisik. Beberapa langkah didepannya terhampar dua bedeng tanah yang ditumbuhi tumbuhan herbal, yang ditengahnya terdapat sebuah jalan setapak yang mengarah ke sebuah sungai kecil. Matahari baru saja mulai meninggi dan memantulkan sinar keemasan dipermukaan sungai. Bunga bunga bermekaran dipinggiran sungai, burung burung terbang dan mendarat, suasana yang menggambarkan keindahan seperti dalam puisi. Xiao Liu mengagumi pemandangan didepannya sambil berfikir bahwa beberapa bangau gemuk didepannya pasti sangat lezat bila dipanggang.
Setelah menghabiskan supnya, Xiao Liu memasukkan mangkuk kotornya ke dalam ember disebelah pintu yang didalamnya sudah menumpuk mangkuk-mangkuk kotor lainnya. Dia mengangkat ember dan berjalan menuju sungai untuk mencuci. Terlihat sebuah bayangan hitam disebelah batang kayu diujung sungai namun tak terlihat jelas jenis burung apakah itu. Wen Xiao Liu meletakkan embernya dan mengambil batu, melemparkannya kebayangan itu. Batu itu tepat mengenai bayangan namun bayangan itu tidak bergerak.
Wen Xiao Liu tertegun, kapan lemparannya begitu akurat? Dia berjalan mendekati bayangan itu dan ternyata itu bukan burung melainkan manusia. Wen xiou liu segera berputar arah dan menuju ujung sungai melanjutkan cuciannya, seolah olah dia tidak melihat apa-apa.
Wen Xiao Liu mengeluh sembari mencuci mangkuknya "Mangkuk mangkuk ini akan kotor kembali ketika dipakai makan meskipun sudah dicuci sekarang. Mengapa repot repot mencucinya setelah dipakai? Kalau mangkuknya untuk dipakai sendiri, maka bisa dianggap tidak kotor toh, jadi cuma perlu dicuci sesekali saja."  (Hahahhaha well well, Xiou Liu yang lucu)
Wen xiou liu tidak pernah merapikan tempat tidurnya dipagi hari. Kalau dia melipat selimutnya dia pasti akan mengacaukannya pada malam hari jadi menurutnya mengapa harus repot repot melipatnya dari awal. Siapa yang begitu bodoh? Lebih baik dia tidak perlu merapikannya sekalian, namun dia harus mencuci semua piring kotor karena kalau tidak si Tua Mu akan menempelengnya.
Xiao Liu mendesah pelan sembari membilas semua mangkuk untuk terakhir kalinya sebelum mengangkat ember dan berjalan kembali ke rumah, matanya tidak sekalipun melirik ke arah batang kayu tadi.
Penduduk Qing Shui melihat orang mati lebih banyak ketimbang penduduk kota lain makan dalam sehari, bahkan anak anak saja sudah terbiasa.
Kkinik Hui Chun mungkin memang bukan klinik yang besar namun Wen Xiao Liu sungguh ahli menangani masalah kesuburan, diantara sepuluh wanita yang berobat dia bisa menyembuhkan enam atau tujuh dari mereka, cukup jadi jaminan bagi keberlangsungan usaha mereka. Setelah sibuk setengah hari, sudah menjelang siang ketika Wen xiou liu berjalan mengitari halaman belakang untuk menggerakkan tubuhnya setelah duduk sepanjang waktu.
Ma Zi (namanya berasal dari sebutan orang yang mengidap lepra) sedang memilah tanaman herbal dihalaman belakang dan menunjuk ke arah pintu "seorang pengemis datang dan aku melemparkan sepotong biskuit ke arahnya."
Xiou liu mengangguk dan tidak mengatakan apa pun. Dapur hanya mengebul dua kali dalam sehari, pagi hari dan malam hari karenanya Xiao Liu hanya mengambil sepotong biskuit dan mengambil semangkuk air dari dalam ember sebelum berjongkok didepan pintu, makan sambil memandang keluar rumah.
Diluar pintu, seorang laki laki tergeletak ditanah. Pakaiannya compang camping, rambutnya kusut masai, kulitnya penuh luka goresan, dan tubuhnya penuh dengan lumpur. Selain bentuknya yang terlihat seperti manusia, tidak ada hal yang bisa dikaitkan sebagai manusia.
Xiou liu melirik dan bisa melihat jejak lumpur yang telah kering. Berujung pada tubuh pengemis dan memanjang mengarah batang kayu disungai. Xiao Liu mengernyitkan sebelah alisnya, sembari menenggak air minum untuk membantunya menelan biskuit yang keras.
Dia melihat sekilas melalui ujung matanya, benda gelap itu (laki laki pengemis) itu bergerak sangat lambat. Xiao Liu mengalihkan pandangan dan bisa melihat biskuit yang dilemparkan Ma Zi cukup akurat. Biskuit itu mendarat ditubuh pengemis itu namun nampaknya pengemis itu tidak mampu meraihnya sehingga biskuit hanya tergeletak disana. Xiao Liu mengunyah biskuitnya dan melihat ke arah si pengemis. Beberapa menit berlalu, dia menyelesaikan biskuitnya dan menggosokkan telapak tangannya yang kotor dilengan bajunya, menepukkan telapak tangan untuk membuang remah biskuit yang menempel lalu melemparkan gayung air kedalam ember. Sambil bersenandung dia kembali masuk ke klinik. Sudah sore ketika Xiao Liu kembali ke rumah saat yang lainnya sibuk makan malam.
Xiao Liu menghabiskan makan malamnya, mengusap mulutnya dengan belakang tapak tangannya dan mengeringkan tangannya ke baju. Dia berniat masuk ke kamarnya namun kakinya punya pikiran lain dan membawanya keluar melalui pintu belakang. Ma Zi bertanya "Mau kemana abang Liu?"
"Berjalan setelah makan untuk menghindari begah."
Xiao Liu berjalan disekitar sungai dan menyenandungkan melodi. Selagi dia berjalan kembali menuju rumah, dia berhenti disamping pengemis dan menginjak biskuit yang tergeletak disampingnya. Xiao Liu berlutut " Aku menginjak biskuitmu, apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?"
Pengemis itu tidak bergeming dan Xiao Liu memandang langit, bulan sabit terlihat sendu dan menggantung rendah diujung horizon seolah surga tersenyum mengejek melihat mahkluk mortal (maksudnya mahkluk yang bisa mati, well, yg ga bisa mati sebutannya immortal, dalam bahasa Indonesia belum nemu diksi yang pas, sehingga selanjutnya aku akan pakai kata mortal dan immortal saja, lebih enak bacanya ^^).
Setelah beberapa saat, Xiao Liu mengangkat tubuh si pengemis. Seorang laki laki, tubuhnya tidak kecil namun sangat kurus seperti ranting dan ringan seperti bulu. Xiao Liu menggendongnya dan menendang pintu, masuk ke halaman belakang. " Lao Mu, Ma Zi, Chuan Zi, kesini dan bantu aku." [Chuan Zi mengarah kepada istilah begundal]
Tiga orang yang sedang berbincang dihalaman belakang tidak menganggap situasi ini aneh dan segera bergegas membantu.
Xiao Liu meletakkan tubuh pengemis diatas dipan dan Ma Zi membawa baskom berisi air hangat dan menyalakan obor dalam ruangan. Xiao Liu memberi perintah "basuh tubuhnya, suapkan semangkuk sup hangat. Bila ada luka, berikan obat."
Baru saja Xiao Liu melangkah keluar ruangan, dia mendengar teriakan Ma Zi dan segera kembali. Dia melihat wajah pucat Ma Zi yang kelihatan baru saja melihat hantu, bahkan suaranya bergetar "Abang Liu, kau ... kau perlu melihat ini. Orang ini tidak mungkin selamat."
Xiao Liu berjalan mendekat dan melihat dengan seksama. Wajah pria itu penuh dengan luka lebam sehingga nampak bengkak seperti kepala babi. Bentuknya sama sekali tidak jelas. Tubuh yang sangat kurus, dengan kepala yang sangat besar, sungguh pemandangan yang  mengerikan."
Xiao Liu menyingkirkan pakaian pengemis itu, atau lebih tepat dibilang serpihan kain, dan seluruh tubuh pria itu penuh dengan sayatan yang saling tumpang tindih dengan beraneka jenis luka - cambuk, pisau, luka bakar, dan bahkan ada jejak luka dengan bentuk logo tertentu disepanjang dadanya. Dikarenakan tidak adanya otot, tulang tulangnya menonjol dengan sangat jelas dan kulit terbakar menempel dirusuknya.
Xiao Liu mengangkat tangan pria itu dan melihat seluruh ujung kukunya tercabut dan tangannya membengkak setelah lama didalam air. Xiao Liu meletakkan tangan pria itu dengan lembut dan memeriksa kakinya.

Tulang selangka kaki kanannya patah pada bagian tengah dan seluruh kuku kakinya juga dicabut. Terdapat lubang penuh darah ditelapak kakinya, tampak jelas bekas kuku menancap kedalam kakinya. Ma Zi dan Chuan Zi terbiasa merawat pasien namun pemandangan ini membuat mereka takut. Keduanya melangkah mundur dan memalingkan pandangan, tak sanggup melihat lagi. Wen Xiao Liu bergeming dan tetap kelihatan tenang, "Bawakan obat."
Ma Zi melonjak dan berlari mengambil herbal pembersih dan berniat menawarkan diri untuk membersihkan luka pria tersebut namun pada akhirnya tak mampu mengatakannya. Xiao Liu paham tak mungkin mengandalkan yang lainnya dan dalam diam mulai membersihkan pria itu sendiri. Xiao Liu menggunakan kain bersih yang telah dicelup air herbal dan dengan hati hati membersihkan tubuh pria itu. Tampak jelas luka itu menimbulkan rasa sakit karena pria itu tersadar. Karena terdapat luka di kelopak matanya, pria itu tidak bisa membukanya hingga ia hanya mampu mengatupkan bibirnya dengan rapat.
Xiao Liu dengan lembut memperkenalkan dirinya, " Namaku Wen Xiao Liu, kau bisa memanggilku Xiao Liu. Aku dokter dikota ini dan aku sedang membersihkan lukamu. Bila terasa sakit, kau bisa berteriak."
Akan tetapi sepanjang Xiao Liu membersihkan seluruh tubuhnya, pria itu tak sekalipun mengeluarkan suara, hanya dahinya yang tampak penuh dengan butiran peluh. Mungkin ketabahan dan ketegaran pria itu membangkitkan rasa hormat dihati Xiao Liu dan perasaannya menjadi lembut. Xiao Liu mengusap peluh didahi pria itu dengan handuk, namun ketika Xiao Liu hendak membuka celana pria itu, tubuhnya nampak bergetar lemah, menyiratkan rasa tidak suka namun Cuma bisa pasrah.
Xiao Liu ingin menenangkan pria itu dan melontarkan candaan "Kau ini pria, mengapa takut pada pria lain yang akan membuka celanamu?" Setelah celana pria itu terbuka, Xiao Liu  terdiam.
Dimulai dari lutut hingga diatas pinggang, terdapat luka yang masih baru diantara luka luka lain yang sudah menghitam maupun luka yang sudah pudar. Terlihat seperti kain yang sudah penuh jahitan disana sini. Orang yang melakukan penyiksaan jelas memahami tingkat ketabahan orang yang disiksa dan mengetahui bagian bagian mana yang paling sensitif. Setiap kali si penyiksa menusuk suatu sisi maka orang yang disiksa pasti akan berharap mati namun tidak mati. Xiao liu meminta "Alkohol, lilin, gunting, pisau pemotong tulang, papan, perban, salep ....."
Chuan Zi bergegas berlari mengambil benda benda yang disebutkan Xiao Liu, namun matanya selalu menghindari melihat tubuh pria itu.
Xiao liu melihat Chuan Zi kembali sambil membawa salep dan mengerutkan alisnya "Pergi ke kamarku dan ambil toples yang tersembunyi dibawah lemari pakaianku."
Chuan Zi tak sempat mengalihkan pandangannya dan terdiam beberapa saat sebelum berlari menuju kamar Xiao Liu.
Xiao Liu berusaha selembut mungkin dan penuh konsentrasi menangani luka pria tersebut. Namun tak dapat dipungkiri selembut apa pun upaya yang dilakukan, terdapat begitu banyak luka, beberapa luka dengan daging yang membusuk perlu dibuang, luka lain dengan kulit yang mati perlu dikikis, dan kaki yang patah perlu diperbaiki.
Disebabkan oleh lukanya, Xiao Liu bisa merasakan tubuh pria itu bergetar namun mata pria itu tetap tertutup dan pria itu mengatupkan bibirnya rapat rapat dalam diam menahan sakit. Seluruh tubuh telanjangnya nya penuh luka dan disemua tempat penuh luka siksaan yang dimaksudkan untuk merendahkan dan mempermalukannya. Namun tingkah laku pria itu tetap kokoh dan tegar.
Xiao Liu menyadari mungkin pria ini bereaksi sama saat disiksa, orang yang disiksa punya harga diri yang lebih tinggi daripada orang yang melakukan penyiksaan. Orang yang melakukan penyiksaan mungkin dipenuhi rasa amarah dan pada akhirnya meningkatkan level siksaan. Setelah tiga jam, Xiao Liu akhirnya selesai membersihkan seluruh luka pria itu dan tubuh Xiao Liu juga penuh keringat. Dengan kelelahan dia mengatakan "Obat luar.
Ma Zi membuka toples dan wangi lembut menguar memenuhi udara. Xiao Liu mengambil dan menggosokkan salep keemasan ditangannya dan mulai mengoleskannya ke seluruh tubuh pria itu, dimulai dari wajahnya.
Salep dingin meringankan sebagian rasa sakit dan bibir pria itu terlihat sedikit rileks. Xiao Liu melihat darah dibibir pria itu dan mengoleskan salep juga disana. Pria iti dengan cepat mengatupkan bibirnya dan tanpa sengaja jemari Xiao Liu juga tertahan dibibir pria itu. Hanya pada saat ini Xiao Liu merasakan sesuatu yang lembut dari tubuh pria ini.
Xiao Liu tertegun sesaat namun pria itu dengan cepat membuka mulutnya dan Xiao Liu menarik jemarinya. Dengan lembut mengangkat lengannya dan mulai mengoleskan salep ke seluruh tubuh pria itu.
Setelah satu setengah jam, seluruh tubuh pria itu dipenuhi salep dan dibungkus perban.
Wen Xiao Liu menyelimuti pria itu dan dengan lembut berkata "Aku akan sering memeriksa lukamu dalam beberapa hari ke depan karenanya aku tidak memakaikanmu pakaian. Jangan cemas, tidak ada wanita dirumah ini. Meskipun kau melihat salah satunya, tidak akan ada yang mau memintamu menikahi mereka."
Ma Zi dan Chuan Zi tertawa. Wen Xiao Liu memberitahukan daftar kebutuhan herbal yang dia perlukan sementara Ma Zi mengingatnya dan pergi untuk mengumpulkannya.
Xiao Liu memandang keluar dan berpikir bahwa masih bisa tidur beberapa jam lagi. Namun kemudian dia melihat rambut kusut pria itu, mengerutkan dahinya sebelum berseru kepada Chuan Zi "kain, air panas, baskom, ember." Xiao Liu duduk diujung dipan, meletakkan sebelah kakinya dalam ember, mengangkat kepala kotor si pria dan menopangkannya diatas lutut untuk dibersihkan.
Chuan Zi berkata "Abang Liu, besok kau harus menangani pasien, pergilah tidur dan biarkan aku yang melakukannya (membasuh rambut pria itu)."
Xiao Liu mendengus "Dengan tanganmu yang ceroboh itu, kau akan mengacaukan pekerjaan yang sudah kulakukan berjam jam merawat luka lukanya. Kau cukup mengganti air basuhannya saja." Gerakan tangan Xiao Liu yang lembut bahkan lebih lembut dari biasanya, menggosok lembut sabun hingga berbusa dan sedikit demi sedikit membilas rambut si pria. Setelah seluruh bagian rambut tertutup shampo, dia menyiramkan air hangat untuk meluruhkan jejak darah dan kotoran. Xiao Liu memanfaatkan gunting untuk memotong bagian yang rusak.
Setelah selesai menyiram rambut, tangan Xiao Liu bergerak menyusuri tengkorak kepala si pria dan menyibakkan rambutnya sambil memeriksa. Xiao merasakan tubuh pria tegang dan Xiao Liu menjelaskan "Aku mau lihat apakah ada luka dibagian kepalamu."
Sungguh ironi bahwa siksaan yang dilakukan pada pria itu bertujuan agar si pria tetap dalam keadaan sadar merasakan setiap penderitaan yang dia alami sehingga orang yang yang melakukan penyiksaan tidak melukai kepala si pria.
Xiao Liu tidak ingin memberikan tekanan berlebih kepada pria itu sehingga ia menggunakan banyak kain untuk mengeringkan rambutnya. Xiao Liu khawatir bila menggunakan sisir akan menyakiti pria itu jadi dia menggunakan jarinya sebagai pengganti sisir dan perlahan menyisir rambut si pria yang bergumpal. Setelah selesai, dia memerintahkan Chuan Zi untuk mengambil bantal dan membaringkan kepala pria itu diatasnya.
Matahari sudah terbit ketika Xiao Liu melangkah keluar ruangan. Dia membasuh wajahnya dengan air dingin dan sarapan sembari berkata pada Ma Zi "Jangan berikan biskuit, cukup rebuskan daging dan sayuran dan lumatkan menjadi bubur dan suapkan padanya. Pastikan buburnya dalam kondisi dingin sebelum diberikan." Xiao Liu selesai makan dan mengangkat keranjang berisi obatan-obatan dan pergi menuju klinik.
Lewat jendela, Ma Zi berbicara kepada pria yang tergeletak diatas dipan "Hei pengemis, Abang Liu menghabiskan sepanjang malam mencoba menyelamatkanmu dan dia menggunakan semua obat-obatan pribadi yang dia punya. Kau harus bertahan hidup." Ketika Xiao Liu kembali disiang hari, dia sangat kelelahan dan mengantuk sampai sampai kelopak matanya susah dibuka.
Dia melemparkan bebek liar kelantai dan berjalan ke dapur untuk mengambil semangkuk sup panas, meremukkan biskuit dan memasukkannya ke dalam mangkuk. Dia duduk disebelah tungku dan dengan berisik memakan supnya. Lao Mu sedang mengolah adonan berkata "Aku sudah dengar soal luka pria itu lewat Ma Zi."
Xiao Liu meminum supnya "Uhm hmmmm."
"Ma Zi, Chuan Zi - tidak bisa melihat jelas, namun kau pasti bisa menebaknya. Pria itu seseorang dari kaum dewa, dan dia sudah jelas bukan dewa yang berasal dari status rendah seperti kita."
Xiao Liu meminum supnya dan tidak memberikan tanggapan apapun.
"Membunuh seseorang dengan cara memenggal. Jenis luka seperti ini pasti punya alas an kuat dibelakangnya. Menyelamatkan seseorang yang tidak semestinya diselamatkan sama seperti membawa kematian ke depan pintu sendiri."
Sambil mengunyah Xiao Liu berkata "Bersihkan bebek itu dan lumuri dngan garam jangan tambahkan apapun, lalu panggang dengan api kecil."
Lao Mu melirik dan melihat Xiao Liu tidak peduli dan dia mendesah sambil berkata "Mengerti."
Xiao Liu meyelesaikan makannya dan bertanya kepada Ma Zi "Apakah ia (si pria) sudah makan?"
Dengan suara pelan Ma Zi menjawab "Sepertinya kerongkongannya juga luka jadi dia tidak bisa menelan makanan. Dia tidak bisa menelan buburnya."
Xiao Liu berjalan masuk keruangan dan melihat semangkuk obat yang sudah dingin di atas meja. Dia menopang tubuh pengemis itu "Aku kembali. Apakah kau mengenali suaraku? Aku Xiao Liu, mari kita minum obat." Pria itu membuka matanya dan memandang Xiao Liu, nampak pria itu sudah lebih kuat dari kemarin karena dia mampu membuka matanya sedikit.
Xiao Liu menyuapkan obat dan pria itu berusaha keras menelan namun seperti memberi makan bayi semua cairan meluber keluar. Pria itu menutup rapat matanya. Xiao Liu dengan lembut bertanya "Apakah mereka juga menyiksa tenggorokanmu?" Pria itu mengangguk dengan berat.
Xiao Liu berkata "Aku ingin memberitahukanmu sebuah rahasia, aku berliur ketika tidur. Suatu waktu aku bermimpi sedang makan seekor ayam bakar dan kemudian aku terbangun dan melihat setengah bantalku basah. Aku tidak bisa mengobati masalahku (berliur) namun kau berbeda, ini hanya sementara. Dibawah pengawasan tabib berpengalaman seperti aku, aku bisa jamin kau akan sembuh dalam beberapa hari."
Xiao Liu merangkak diatas tempat tidur dan mendekap pria itu dengan lengannya, menyendok obat kemulut si pria itu setetes demi setetes. Pria itu mencoba bekerjasama dan dengan gagahnya mencoba menelan. Pada akhirnya dia meminum setiap tetes obat dalam satu setengah jam.
Tubuh pria itu penuh dengan keringat seperti baru saja berlari beberapa putaran hingga kelelahan. Xiao Liu mengusap dahi pria itu dengan kain. "Istirahatlah, nanti setelah sup bebek matang mari kita makan."
Xiao Liu berjalan keluar sambil menenteng mangkuk kosong dan mencari Ma Zi, Chuan Zi dan Lao mu melihat Xiao Liu seperti melihat hantu. Xiao Liu melotot "Apa yang kalian lihat?" Chuan Zi berkata "Kau sangat berhati hati bahkan lebih berhati hati ketimbang saat kau menangani bayi baru lahir. Kalau seseorang tidak tau apa apa mereka akan menduga bahwa kau ibunya."
"Persetan denganmu! Kau ibunya!" Xiao Liu mengangkat kakinya dan menendang bokong Chuan Zi.
Chuan Zi memegang bokongnya yang sakit dan berlari. Ma Zi dan Lao Mu tersadar dan Lao Mu berkata "Yup, ini benar Xiao Liu, bukan penyamar." Ma Zi menepuk dadanya, nampak lega.
Xiao Liu menguap dan berkata kepada Ma Zi "Tutup klinik hari ini, tidak boleh lagi ada pasien. Aku mau pergi tidur siang dan bangunkan aku kalau sup bebeknya sudah matang."
Ma Zi hendak berkata bahwa dia bisa melakukannya (memberi makan si pria), namun dia teringat proses menyuapkan obat kepada pria itu sama rumitnya seperti menyulam kain dan dia yakin pasti tidak mampu melakukannya.
Ketika sup bebek sudah matang, Ma Zi mengetuk pintu kamar Xiao Liu, Xiao Liu berjalan keluar dan menuju kamar si pria. Sama seperti ketika memberikan obat sebelumnya, menyuapkan sup juga menghabiskan waktu satu setengah jam.
Setelah membiarkan si pria istirahat sebentar, Xiou liu menggosok minyak dikedua telapak tangannya dan bersiap melakukan akupressur pada titik akupuntur pria itu.
" Kau ... setelah ini ... meskipun sudah berlalu dan beberapa otot mengalami atrophy dan sangat sakit, bila dirangsang seperti ini bisa membantu." Mata pria itu tertutup namun dia mengangguk.
Xiao Liu tersenyum, setelah menahan siksaan dan sakit, hal ini (akupresur) pasti bukan apa-apa, meskipun demikian sembari memijat Xiao Liu tetap berbicara untuk mengalihkan pikiran si pria (dari rasa sakit), "Selagi aku berjalan menuju klinik aku melewati sebuah rumah yang penuh dengan bunga menjalar yang berwarna ungu memenuhi seluruh tembok, dan ketika angin berhembus semua bunga rontok seperti hujan. Aku sangat merasa terganggu karena aku tak percaya bahwa keluarga itu menyia-nyiakan bunga yang begitu lezat yang bisa dibuat menjadi biskuit ..."
Diluar ruangan, Ma zi dan Chuan Zi berbincang "Aku tau abang liu tidak akan memintaku untuk merawat pengemis itu lagi." Tubuh pengemis itu rusak dan ringkih dan keadaanya sangat menyeramkan. Bahkan Ma zi enggan melihatnya.
Sesuai seperti perkataan Ma Zi, Xiao Liu tidak pernah memintanya (Ma Zi) untuk merawat pria itu. Mulai dari memberikan obat sampai membersihkan tubuh serta mengoleskan salep, Xiao Liu melakukannya sendiri.
Dalam sebulan, luka pada tenggorokan pria itu hampir sembuh sepenuhnya dan dia bisa menelan namun kebiasaan sudah terlanjur terbentuk. Setiap hari Ma Zi akan berdiri diluar ruangan dengan semangkuk obat ditangannya, berteriak kearah klinik "Abang Liu ----." Dan Xiao Liu pun dengan cepat menyelesaikan urusan dengan pasiennya dan bergegas menuju kamar belakang.
Setelah setengah tahun, luka luka pada pria itu perlahan sembuh. Kuku tangan dan kakinya belum sepenuhnya tumbuh namun dia bisa menyentuh air sekarang. Jadi Xiao Liu berhenti membasuh tubuh pria itu melainkan menyiapkan ember besar agar pria itu bisa mandi dengan layak.
Setelah dirawat selama setengah tahun oleh Xiao Liu, tubuh pria itu tidak lagi seperti ranting dan kurus namun tubuhnya masih sangat ringan. Ketika Xiao Liu memapahnya, dia mencibir "Makan lebih banyak!"
Pria itu menutup matanya dan tidak mengatakan apa pun. Selalu sama seperti ini sejak awal. Setiap kali Xiao Liu menyentuh tubuhnya, dia menutup matanya dan mengatupkan bibirnya. Xiao Liu paham. Setelah menahan siksaan sebanyak itu, tubuh pria itu membenci setiap sentuhan dan lagi ia harus mencoba bertahan.
Xiao Liu meletakkan pakaian disebelah pria itu dan berkata "Mandilah sendiri. Rambutmu masih belum sepenuhnya tumbuh jadi jangan digosok terlalu keras."
Xiao Liu duduk disatu sisi dan sambil mengunyah makanan ringan, menemani pria itu.
Mungkin karena semua luka ditubuhnya membuatnya malu, pria itu selalu mendongakkan kepalanya dengan mata tertutup sepertinya enggan melihat tubuhnya sendiri. Dia melepaskan pakaiannya dan mulai membasuh tubuhnya. Dimulai dari leher menuju dada kemudian perut dan akhirnya kedua kakinya.
Mata Xiao Liu mengikuti gerakan tangan pria itu sampai tiba tiba dia (Xiao Liu) memalingkan pandangannya ke sisi lain serta mengunyah leher bebek dengan suara berisik, dengan suara kres!kres!kres!
Mata pria itu terbuka dan melihat ke arah Xiao Liu. Sinar matahari masuk melalui jendela dan sinarnya menyelimuti Xiao Liu dalam cahaya. Pipinya (Xiao Liu) memerah dan dibiaskan oleh sinar matahari tampak seperti gading yang indah dengan titik merah.
Xiao Liu menunggu hingga pria itu selesai mandi dan membantunya keluar dari ember karena kakinya yang belum sepenuhnya pulih. Biasanya Xiao Liu membantu pria itu berpakaian namun hari ini dia (Xiao Liu) hanya mendudukkannya didipan.
Pria itu menjaga pandangannya tetap rendah, satu tangan diatas dipan untuk menopang tubuhnya dan satu
tangan menjaga jubahnya agar tertutup. Jemari tangannya kurus namun panjang, kuku yang mulai tumbuh tampak putih dan sehat.
Xiao Liu menjaga kepalanya tetap tunduk dan meletakkan jubah disebelah pria itu "Kau ... kau coba  berpakaian sendiri. Bila tidak bisa kau boleh memanggilku."
Xiao Liu bergegas keluar kamar namun berdiri dibalik pintu mencoba mendengar suara dari dalam, dan setelah kedengarannya segalanya normal barulah dia beranjak pergi.
Chuan Zi sedang memilah tanaman herba, melihat Xiao Liu dan bertanya "Tidak pernah dengar dia bicara selama setengah tahun ini. Bagaimana kalau dia bodoh?"
Ma Zi memukul Chuan Zi "Hentikan pikiran bodohmu! Setelah bertahan dari siksaan yang tidak bisa diungkapkan, bisa bertahan hidup saja sudah sangat mengagumkan. Dengan kemampuannya bertahan seperti itu, dia tidak mungkin orang yang bodoh."
Ma Zi bertanya "Apakah pita suaranya rusak dan dia tiak bisa bicara sekarang?"
Xiao Liu berkata "Aku sudah memeriksanya, meskipun memang ada luka dan suaranya akan berbeda dari sebelumnya namun dia mestinya masih bisa bicara."
Ma Zi merasa bahagia "Senang mengetahuinya."
Xiao Liu mengatakan "Untuk menjaga perasaannya, terlepas dari apakah kalian pernah melihat lukanya atau tidak, mulai dari sekarang jangan pernah singgung hal ini lagi."
Chuan Zi mengangkat sebelah tangannyaAku tak pernah punya keberanian melihat sedari awal jadi aku tak melihat apapun."
Ma Zi menambahkan "Jangan khawatir, Lao Mu sudah mengingatkan kami. Aku punya ingatan yang buruk, jangankan urusan orang lain, urusanku saja aku lupa sepanjang waktu."
Pintu terbuka dan pria itu dengan cara bersender disisi tembok, berjalan pelan keluar.
Diwaktu silam biasanya Xiao Liu membawa pria itu keluar saat pagi hari untuk mendapatkan sinar matahari dan udara segar. Hari ini adalah kali pertama pria itu keluar disiang hari. Dia bersandar ke dinding dan dalam diam mendongakkan kepalanya dan memandang langit biru dan awan putih.
Ma Zi dan Chuan Zi terkesiap. Karena dulu luka pria itu meninggalkan kesan yang mengerikan dalam hati mereka, mereka selalu menghindari melihat pria itu. Chuan Zi bahkan menolak masuk kamar pria itu.
Ini kali pertama mereka berdua melihatnya dengan jelas. Pria itu memiliki bulu mata yang hitam dan lentik, mata yang berbinar, batang hidung yang tinggi, baju berbahan wol murahan yang ia kenakan nampak elegan dan mengagumkan. Dalam sekejap Ma Zi dan Chuan Zi merasa rendah diri dan juga terkagum kagum. Xiao Liu menggosok sejumlah daun kering dan berkata "Bila kakimu tidak terlalu sakit, cobalah lebih banyak bergerak. Kau mestinya sudah bisa pergi dalam tiga atau empat bulan."
Pria itu merendahkan pandangannya dan menatap ke Xiao Liu "Aku. Tidak. Punya. Tempat. Untuk. Pergi." Kedengarannya ia tidak pernah bicara selama beberapa tahun dan suaranya serak namun pelafalannya jelas. Xiao Liu bersandar dan bertopang kaki sambil mengunyah daun kering "Tidak ada tempat untuk pergi? Benarkah?"
Pria itu mengangguk.
Xiao Liu bertanya "Namamu?"
Pria itu menggelengkan kepala.
"Kau tak tau? Tak ingat? Atau tak mau memberi tau aku?"
"Kau. Menyelamatkanku. Aku. Pelayanmu. Berikan nama."
Xiao Liu menyemburkan daun yang dikunyahnya "Kau tidak kelihatan seperti seseorang yang bisa melayani atau menerima perintah. Aku tak menginginkanmu."
Pria itu menjaga pandangannya tetap rendah "Aku. Mendengar. Perkataan. Darimu."
Xiao Liu mengunyah rumput kering lagi "Di masa depan bila kau melihat ada yang mengenalmu, apakau kau masih mendengar perkataanku?"
Pria itu mengatupkan bibirnya dan jemarinya menggengam erat ujung bajunya, wajahnya pucat dan dia tetap diam.
Xiao Liu baru saja hendak mencemooh ketika pria itu menatap langsung ke mata Xiao Liu "Aku akan mendengar (mu)" Matanya memancarkan sinar seolah menekankan kata "dengar" didalam hatinya. Xiao Liu meragu sesaat lalu berkata "Kau boleh tinggal."
Bibir pria itu bergerak seperti akan tersenyum namun sangat samar . Xiao Liu melemparkan daun kering ke arahnya "Pergi cari tempat duduk dan kunyahlah."
Pria itu dengan patuh duduk diatas batu disatu sudut dan dengan perlahan menyobek daun kering serta memasukkannya kemulut. 
Meskipun makan daun kering yang sama, gerakannya anggun dan memberikan kesan kalau ia tidak makan daun kering melainkan buah dari kaum dewa dari pegunungan.
"Hei, pengemis, daun kering ini baik untuk tenggorokanmu."
Ma Zi menggaruk kepalanya dan berkata pada Xiao Liu "Abang Liu, berikan nama padanya, kita tidak bisa terus memanggilnya pengemis." Xiao Liu kemudian menjawab "Kalau begitu kita panggil dia Gan Cao (daun kering)."
"Tidak!!!!" Baik Ma Zi dan Chuan Zi keberatan "Berikan nama yang lebih baik, jangan seperti nama kami."
Xiao Liu menempeleng mereka berdua "Apa yang salah dengan nama kalian?"
"Nama kita sesuai dengan keadaan kita, tapi tidak sesuai untuknya." Chuan Zi berkata tulus dan Ma Zi menganggukkan kepalanya setuju.
Xiao Liu menatap pengemis yang duduk di atas batu dan mendekatkan kepalanya ke kepala Ma Zi dan Chuan Zi dan menunjuk kepadanya (pria itu) dan bertanya dengan serius "Apakah benar aku tak sebagus dia?"
Chuan Zi bertanya balik dengan hati hati "Apa abang Liu mau mendengar yang sebenarnya atau tidak?"
Ma Zi menenangkannya "Abang Liu, ada orang yang sejak lahir sudah di atas awan, yang lainnya tak lebih baik dari kotoran. Tak ada yang perlu dibandingkan. Mari kita terima saja dan jalani hidup kita yang seperti kotoran ini sebaik mungkin."
Xiao Liu mengamuk "Kalau begitu aku menamakannya kotoran!"
Ma Zi dan Chuan Zi sama sama berteriak "Tidaaaaaaakk!"
Ma Zi berharap si pengemis tidak marah kepadanya dimasa depan karena nama yang jelek jadi dia memohon "Abang Liu, tolong pikirkan nama yang lain."
Chuan Zi juga berkata "Ya, ya, pikirkan nama yang lain, nama lain yang sebagus nama Abang Liu."
Xiao Liu menjadi senang dan menggapai dedaunan herba dari dalam keranjang dan melemparkannya ke arah Ma Zi. "Hitung jumlah daunnya dan itu akan menjadi namanya."
"......... 1,2 ...... 17 daun."
Xiao Liu berpaling dan berteriak "Pengemis, mulai sekarang namamu Ye Shi Qi" (Ye artinya daun dan Shi Qi adalah 17 jadi maksud namanya adalah 17 daun).
Ye Shi Qi mengangguk, Ma Zi serta Chuan Zi berpikir nama itu tidak terlalu jelek. Keduanya tertawa dan menyapa hai kepada Shi Qi.
Lao Mu memanggil dari ruangan depan "Xiao Liu, ada pasien."
Xiao Liu menendang bokong Ma Zi dan Chuan Zi, melantunkan lagu lalu berjalan menuju klinik.
Waktu berjalan dengan cepat dan setengah tahun telah berlalu. Luka Shi Qi yang bisa sembuh telah sembuh dan yang tak bisa sembuh tetap seperti itu. Tulang patah dikakinya memang sudah disatukan namun karena sudah terlalu lama ketika ia berjalan maka ia akan nampak pincang. Dan apakah luka ditempat tempat yang tidak bisa dilihat sudah sembuh apa tidak, Xiao Liu tidak tau karena Shi Qi tidak pernah membolehkan Xiao Liu membantunya merawat luka lukanya sejak ia bisa melakukannya sendiri.
Ma Zi sembunyi sembunyi memberikan tabungannya kepada Shi Qi "Klinik kecil Hui Chun kita ini ... heh heh ... kau bisa melihat kemampuan pengobatan Abang Liu tidaklah begitu ... heh heh ... apakah kau pernah mendengar klan Flame Emperor Sheng Nong? Kalau kau pergi ke ujung kota, ada klinik bernama Bao Cao yang dokternya adalah keturunan dari klan Sheng Nong. Keahliannya sangat mengagumkan dan mungkin dia bisa menyembuhkan kakimu." Shi Qi dalam diam mengembalikan uang itu kepada Ma Zi.
Ma Zi menjadi tidak sabar "Jangan! Kau bisa mengembalikan uangku bertahap tapi kakimu perlu ditangani segera. Kau bisa mengembalikannya dengan bunga bila kau mau."
Shi Qi menundukkan kepalanya dan berkata "Ini. Bagus."
"Apanya yang bagus? Apakah kau mau tetap cacat seumur hidupmu?"
"Dia. Tak peduli."
"Apa? Siapa yang tak perduli?" Ma Zi menggaruk kepalanya "Oh! Maksudmu selama Abang Liu tak mempermasalahkannya (kaki yang pincang)? Bagaimana mungkin itu masuk akal kalau dia (Xiao Liu) tak peduli? Lihatlah bagaimana malasnya dia, dia makan dari mangkuk kotor yang sama. Pakaiannya dia perlakukan seperti kain lap .... "
Shi Qi memandang ke arah belakang kepala Ma Zi yang masih saja membujuk Shi Qi ketika kepalanya dipukul dan Ma Zi langsung diam.
Kepala Xiao Liu tiba tiba muncul dan dia mengambil uang dari tangan Ma Zi "Oh, uang yang cukup banyak! Malam ini kita bisa berpesta!"
Mata Xiao Liu berbinar menatap uang dan dia tak perduli mengapa Ma Zi berusaha menyisihkan uang secara diam diam. Dia menggenggam uang itu dan bergegas keluar dengan Ma Zi yang sambil menangis mengejarnya dari belakang "Tidaaaaaaak, Abang Liu, uang itu tabungan agar aku bisa mendapatkan istri .... Aku memerlukannya untuk melakukan hal hal yang pantas ...."
Malam itu semua orang berpesta makan daging dan ikan, Xiao Liu dan Chuan Zi memenuhi mulut mereka dan makan sepenuh hati, dan Ma Zi makan sebanyak mungkin agar pengorbanannya sepadan kalau tidak rasanya pasti sangat menyakitkan, sementara Lao Mu menyesap anggur dan memandangi Shi Qi.
Setelah makan, Xiao Liu, Ma Zi dan Chuan Zi tertidur lelap setelah minum. Hari ini mestinya jadwal Xiao Liu mencuci piring kotor, namun tak seorang pun ingat kapan tugas tugas mereka di klinik Hui Chun berubah dimana Shi Qi tetap melakukan bagiannya namun juga menyelesaikan tugas Xiao Liu. Shi Qi mengumpulkan piring kotor dan mengangkat seember air dan duduk dihalaman mencuci piring.
Lao Mu berdiri dibelakangnya dan bertanya "Siapakah kau?"
Dalam suara desau malam, sebuah suara serak menyahut "Aku. Ye Shi Qi."
---------------------------------------------------------------------------------------
the truth, sudah empat chapter yang aku udah cicil terjemahin, namun karena satu chapter panjangnya lumayan, sebelum posting kan mesti edit dulu biar bahasanya enak dibaca, nah ternyata urusan edit-mengedit ini cukup melelahkan, sekitar sejam ahahhahaha *lap_keringat
pantesin itu klo lihat diblogger-blogger luar sono satu novel itu kadang suka keroyokan nerjemahinnya, kadang sampai 5 orang! jadi rilisnya bisa sehari satu atau dua chapter. 
mudah-mudahan nanti ada juga deh relawan yang mau bantu-bantu nerjemahin biar yang diterjemahin lebih banyak n lebih cepat *ngarep.com

note: 
One day my husband said to me "You watched Korean drama, Chinese drama and you read Chinese novel. and now, you even translating it to bahasa!"

I thought for some time, yes, why? at first maybe because I just want to watch it, after that it's quite interesting, so I bought more Korean drama DVD, because I am not the type who can enduring waiting twice a week watching it from television so I prefer buying DVD for the complete series, watched it marathon, until there were none I can watch anymore except the newest which haven't complete yet. 
after that, I found Chinese novel web, read it out of curiosity, and surprised because the story is different and feels good, and lucky me, my first Chinese novel that I read actually already release in television serial, hurrraaaaaayyyy, and my adventure in Chinese literature begin. Nothing related with their ideology, just pure literature (I am majoring in English literature when I am taking my first degree, so maybe I just simply love literature thing regardless where is the origin)

and now if you asking me why I did what I did, i will say to you "Because I like it and it's making me happy!" 

we all know how many of us doing what we actually do not like and it just feels terrible -_-


_________________________________________________________











No comments:

Post a Comment

Death Exist Not at the River of Oblivion - Chapter 10

Chapter 10: Sulit sekali mencintaimu di kehidupan kali ini Aku tak melihat sosok Zhonghua lagi sejak hari itu. Kelihatannya dia benar-be...